ARGOPURO 2018

Januari biasanya hujan sedang deras-derasnya mengguyur Indonesia negara kita tercinta. Hal yang sangat tidak ideal untuk naik gunung. Mulai dari mengurangi kenyamanan perjalanan, hingga risiko bahaya yang meningkat tajam.

Alun-alun kecil perjalanan menuju Cikasur

Namun entah mengapa justru hal itu menjadi sesuatu hal yang sangat menyenangkan. Argopuro 2018 contohnya. Kami berdelapan niatnya hanya kemping ceria saja. Kami paham bahwa saat itu memang bakal turun hujan. Tapi yang tak kami duga bahwa hujannya akan sangat deras dan turun sepanjang hari selama perjalanan.

Perjalanan dari Baderan ke Mata Air 1 hujan, hari berikutnya pun begitu, Mata Air 1 ke Cikasur juga hujan deras beserta angin kenceng terutama di daerah savana yang bikin tubuh semakin dingin.

Perjalanan menuju mata Air 1

Keesokan harinya kami memutuskan untuk rest day sekedar jalan-jalan di sekitar camp dan menikmati suasana Cikasur. Justru saat itu cuaca sangat cerah, kami manfaatkan untuk menjemur pakaian dan peralatan yang basah. Termasuk recharge powerbank melalui solar panel yang ternyata pada akhirnya lebih banyak hanya nambah-nambahi beban saja.

Shelter darurat di Mata Air 2 karena turun gerimis

Rupanya cuaca cerah hanya bertahan sehari itu saja. Keesokan harinya, perjalanan menuju Rawa Embik kami berjumpa dengan hujan lagi. Namun tidak terlalu deras hingga sampai di Rawa Embik dan kami dapat beristirahat hingga esok pagi.

Cisentor

Di hari ke lima, kami berencana untuk summit dan turun ke Taman Hidup. Di pagi hari sepertinya cuaca sangat mendukung. Semua sudah dipacking masuk carrier dan siap berangkat, kecuali 1 tenda dan flysheet. Tapi rencana tinggal rencana, pagi yang cerah itu tiba-tiba turun gerimis. Kami pun bergegas berteduh di flysheet. Seiring semakin deras hujan yang turun, satu persatu kami masuk tenda hingga akhirnya kami memutuskan untuk stay semalam lagi di Rawa Embik.

Dari pagi sampai malam hujan tiada henti mengguyur Rawa Embik. Kadang sedikit reda namun deras kembali. Begitu terus sambil mengantar kami beristirahat di malam hari.

Setelah hujan turun sepanjang hari, hari berikutnya kami harap cuaca akan cerah. Tapi ternyata tidak, walaupun sempat panas, itu hanya sesaat. Langit kembali gelap, meskipun tidak turun hujan. Lanjutlah kami menuju puncak.

Bisa ditebak, di puncak kami mendapati pemandangan yang tertutup kabut gelap. Tapi sama sekali tidak mengurangi kebahagiaan kami mengingat perjalanan yang penuh lika-liku :D.

Puncak Rengganis
 
Puncak Rengganis

Setelah dari puncak, kami bergegas turun dan rencana camp di Taman Hidup. Sekiranya hampir maghrib, kami sampai di sana. Namun mempertimbangkan cuaca yang lumayan mendukung dan tinggal turun saja, kami memutuskan untuk langsung turun ke Bremi.

Keputusan yang layak disesali, tak lama setelah beranjak dari pertigaan Taman Hidup, tiba-tiba hujan turun yang merupakan klimaks dari perjalanan kali ini.

Hujan yang amat sangat deras, licin, gelap, ditambah tenaga yang sudah banyak terkuras memperlambat jalan kami. Sekitar pukul 2 dini hari kami akhirnya sampai di batas vegetasi pohon damar. Iya, benar pukul 2 keesokan harinya baru bisa keluar hutan. Sampai di situ kami istirahat agak lama, bikin api unggun dan ngemil jajan yang tersisa sambil bercerita sambat-sambat perjalanan tadi. Seberat apapun, tertawa menjadi penutup sebagai pelipur laranya :D.

Kalau ditotal, kurang lebih kami menempuh 30 jam perjalanan dari Rawa Embik menuju pos batas vegetasi hutan damar. Enggak lagi deh ke Argopuro pas musim hujan begini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DANAU TUNJUNG, ARGOPURO

SEPATU OUTDOOR (PART 1)