Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

MENJAGA WUDHU

Dulu, salah satu hal yang bikin saya malas untuk solat adalah wudhu. Jadi untuk mengakalinya seringkali saya solat di akhir waktu sehingga kemungkinan di waktu solat berikutnya masih ada wudhunya. Misal pas solat dhuhur di akhir waktu dan ashar di awal waktu.  Berbagai cara dilakukan supaya tidak perlu wudhu lagi di setiap mau solat. Siasat lain ialah benar-benar menjaga supaya wudhu tidak batal. Menahan diri saat akan buang angin misalnya. Karena yang saya dengar dari Kiai saya, bahwasanya menjaga wudhu itu adalah hal yang mulia. Suatu ketika setelah solat ashar, Ibu saya bertanya sudah ambil wudhu atau belum. Saya jawab jika masih punya wudhu dari solat dhuhur. Saya juga bercerita kalau sebenarnya tadi wudhu saya hampir batal karena mau buang angin tapi saya tahan atau empet dalam Bahasa Jawa.  Tentu saja hal itu saya lakukan dengan dalih menjaga wudhu adalah hal mulia. Sontak saja Ibu sedikit kaget dan tertawa. Beliau menjelaskan kalau kebelet buang angin dan buang air itu tidak bol

SEPATU GUNUNG ES

Gambar
Dalam kegiatan pendakian gunung, sepatu merupakan salah satu perlengkapan pendakian yang sangat vital untuk melindungi kaki dan memperlancar perjalanan. Kalau pendakian di Indonesia mungkin kita hanya cukup menggunakan sepatu trekking boots biasa (low / mid) bahkan masih banyak yang menggunakan sandal, yang sebenarnya sangat tidak dianjurkan, kecuali pergerakan di sekitar camp.  Sedangkan untuk pendakian di gunung es, lebih kompleks lagi. Diperlukan boots khusus menyesuaikan medan, ketinggian, suhu, dll. Ditambah lagi dengan beberapa peralatan penunjang supaya perjalanan lebih aman dan nyaman. Sebagai contoh, saya membagikan pengalaman saat pendakian di gunung Denali 2017 lalu bersama rekan-rekan Wanala Unair. Kami menggunakan Millet Everest Summit dan La Sportiva Olympus Mons EVO, yang keduanya merupakan integrated boots standar pendakian gunung 8000mdpl ke atas, seperti Everest.  Untuk peralatan penunjang lainnya disesuaiakan dengan kondisi medan, secara ringkas saya bagi menjadi 3 b

33 JAM PERJALANAN MENUJU GERBANG PERADABAN (PART 2)

Gambar
kisah sebelumnya bisa dibaca di SINI Setelah tenda berdiri, segera mengeluarkan alat masak untuk membuat minuman hangat sebelum tidur. Tak luput bahan makanan juga turut dikeluarkan. Kali ini menunya yang simpel saja, namun jadi salah satu favorit, yaitu mie korea. Entah apa merknya, sayapun lupa. Sambil masak, kami juga mengeluarkan perlengkapan tidur supaya bisa segera menjaga panas tubuh setelah makan. Belum matang mie yang kami masak, terlihat ada rombongan rombongan besar yang lewat. Nampaknya mereka dari American Alpine Institute (AAI). Cukup berani juga, padahal cuaca masih gelap meskipun sudah tidak ada lagi badai salju dan angin kencang. Seketika terpikir oleh Kang Iyan opsi untuk turun juga. Walaupun masih capek karena baru sampai namun ini kesempatan bagus mengingat jalan sudah dibuka oleh rombongan AAI. Diskusi tentang peluang ini dibahas dengan sangat cermat dan hati-hati. Segala baik buruk dilihat dari berbagai sisi. Akhirnya diputuskan untuk lanjut turun. Jadilah di Camp

BERHENTI BELAJAR BAHASA INGGRIS

Sekiranya tahun 2004/2005 saat saya masih kelas 5 SD, pemerintah desa dan karang taruna tempat saya tinggal, Karang Pranti kec. Pajarakan Kab. Probolinggo mengadakan kursus rutin Bahasa Inggris. Jadwalnya setiap hari Rabu dan Sabtu malam. Sungguh kegiatan yang sangat positif. Mengingat hal tersebut akan banyak membantu para anak-anak kecil dan pemuda desa untuk lebih cepat berkembang. Di bidang Bahasa Inggris tentunya.  Yang lebih menarik lagi, kursus tersebut GRATIS alias tidak dipungut biaya sama sekali. Hal tersebut tentu disambut baik oleh para pemuda, dan orang tua juga. Ya karena banyak dari warga desa kami yang juga masih di bawah standar ekonomi sehingga susah mendaftarkan anak-anaknya untuk kursus yang berbayar. Saya pun termasuk yang antusias dalam program tersebut. Karena saya pun sangat berambisi untuk bisa menguasai salah satu bahasa internasional itu. Saya selalu rutin datang di kursus tersebut. Mengikuti pelajaran dengan baik. Semua berjalan dengan semestinya hingga akhi

CREVASSE DI PADANG SALJU

Gambar
Pernakah anda mengira berjalan / mendaki di padang salju itu lebih mudah karena tidak ada jalur / trek seperti di gunung Indonesia pada umumnya ? Ya mungkin saja itu bisa jadi benar adanya. Kita bisa berjalan sesuka hati kita selama tetap mengarah ke tujuan kita.   Namun yang perlu menjadi catatan adalah adanya crevasse, atau rekahan yang tertutupi oleh salju-salju yang terus menerus turun. Seolah-olah menjadi musuh dalam selimut, karena kita akan sangat susah untuk mendeteksi keberadaannya. hamparan padang salju Selain tidak mengetahui lokasi pastinya, kita juga tidak tau seberapa lebar dan dalam rekahan tersebut. Menjadikan crevasse salah satu hantu yang mengintai di sepanjang perjalanan. Tim AIDeX Wanala Unair saat mendaki di Gunung Denali 2017 memahami hal tersebut dan berkali-kali belajar mengantisipasinya. Salah satunya dengan metode moving together. Tiap personel saling terikat tali berjalan memanjang dan menjaga jarak aman. Dengan tujuan jika salah satu personel terperosok ke