33 JAM PERJALANAN MENUJU GERBANG PERADABAN (PART 2)
kisah sebelumnya bisa dibaca di SINI
Setelah tenda berdiri, segera mengeluarkan alat masak untuk membuat minuman hangat sebelum tidur. Tak luput bahan makanan juga turut dikeluarkan. Kali ini menunya yang simpel saja, namun jadi salah satu favorit, yaitu mie korea. Entah apa merknya, sayapun lupa.
Sambil masak, kami juga mengeluarkan perlengkapan tidur supaya bisa segera menjaga panas tubuh setelah makan.
Belum matang mie yang kami masak, terlihat ada rombongan rombongan besar yang lewat. Nampaknya mereka dari American Alpine Institute (AAI). Cukup berani juga, padahal cuaca masih gelap meskipun sudah tidak ada lagi badai salju dan angin kencang.
Seketika terpikir oleh Kang Iyan opsi untuk turun juga. Walaupun masih capek karena baru sampai namun ini kesempatan bagus mengingat jalan sudah dibuka oleh rombongan AAI.
Diskusi tentang peluang ini dibahas dengan sangat cermat dan hati-hati. Segala baik buruk dilihat dari berbagai sisi. Akhirnya diputuskan untuk lanjut turun. Jadilah di Camp 3 ini hanya rehat sesaat. Semua perlengkapan tidur kami kepak kembali. Pukul 12 kami lipat tenda dan kemudian jalan. Setelah menyantap mie korea tadi tentunya.
Perjalanan dimulai kembali. Keberuntungan kali ini berpihak pada kami. Cuaca semakin membaik, langit kembali cerah dan yang terpenting sudah ada jalan yang dibuka oleh tim AAI tadi.
Tak ada kendala berarti untuk masalah jalur hingga akhirnya sampai di Camp 2. Di sini kami hanya ambil barang yang kami timbun, istirahat sebentar lalu lanjut turun lagi. Karena memang target kami mencapai Camp 1 entah jam berapapun.
Sekitar pukul 6, kami sampai juga di Camp 1. Dengan sisa-sisa tenaga kami segera mendirikan tenda dan membuat minuman hangat. Tak sempat masak makanan karena selain capek, kamipun sangat mengantuk setelah 19 jam tidak tidur saat perjalanan dari Camp 4 kemarin.
Setelah mengisi perut dengan minuman hangat, segera kami bergegas tidur. Seingat saya, entah saking capeknya atau lain hal kami berdua langsung tidur begitu saja tanpa menggunakan perlengkapan tidur lengkap di hari-hari sebelumnya, seperti sleeping bag.
Sekiranya pukul 12 kami berdua terbangun. Kami rasa isitrahat tidur kami sudah cukup, saatnya mengisi perut karena memang terasa lapar. Lagi-lagi kami memilih mie korea, mengingat juga harus segera mencapai basecamp supaya menghindari crevasse parah.
Hampir setengah satu, kami sudah memulai lagi perjalanan untuk mengakhiri kisah di gunung tertinggi di Amerika Utara ini.
Cuaca sangat cerah, perjalanan tinggal turun saja. Pikir saya perjalanan ini tidak akan banyak memakan tenaga dan emosi. Namun itu hanyalah mitos belaka di sini.
Flashback di hari-hari awal saat dari Base Camp menuju Camp 1, Kang Iyan bercerita kalau kami sedang melewati daerah bernama Hill Break Hill, tapi detail alasan penamaannya nanti ada saatnya sendiri.
Saat pulang ini, tanpa perlu diceritakan saya jadi paham sendiri alasan tersebut. Jadi saat kita berangkat, medan terasa landai cenderung sedikit menurun saat dari Base Camp menuju Camp 1. Otomatis saat pulang berlaku kebalikannya. Dari Camp 1 menuju Basecamp jalannya cenderung naik, bahkan dengan tenaga yang terkuras banyak jalannya terasa lebih terjal dari semestinya.
Diperparah dengan lapisan salju yang sedikit-demi sedikit mulai mencair, menyebabkan kami puluhan kali terperosok. Sempat saya hitung banyaknya kami terperosok, namun karena terlalu sering, saya hentikan penghitungan itu. Kedalamannya bervariasi, kebanyakan hanya semata kaki namun beberapa kali sampai selutut.
Ada satu momen lucu saat Kang Iyan terperosok crevasse kecil, kemudian memberitahu saya kalau di depan bakal banyak crevasse kecil seperti itu. Kami harus segera melaluinya dan 30 menit lagi istirahat agak lama untuk ngemil. Namun saat langkah ke dua, Kang Iyan terjebak crevasse yang lebih dalam sampai berteriak "Anjing!! keperosok lagi" dengan logat sunda. Akhirnya Kang Iyan memutuskan istirahat di situ saja. Kami berdua hanya bisa tertawa tebahak-bahak.
Setelah melewati medan yang benar-benar bikin sakit hati itu, kami akhirnya sampai juga di Base Camp. Jam menunjukkan pukul 20.21.
Segera kami langsung lapor ke ranger yang berjaga dan menanyakan kemungkinan dijemput pesawat menuju Talkeetna saat ini juga. Ternyata pesawat terakhir yang beroperasi hari ini sedang dipakai tour sehingga kami harus menunggu keesokan hari untuk dijemput.
Namun itu bukan masalah berarti, setidaknya kami telah melewati 33 jam perjalanan menuju gerbang peradaban.
Komentar
Posting Komentar