CREVASSE DI PADANG SALJU

Pernakah anda mengira berjalan / mendaki di padang salju itu lebih mudah karena tidak ada jalur / trek seperti di gunung Indonesia pada umumnya ? Ya mungkin saja itu bisa jadi benar adanya. Kita bisa berjalan sesuka hati kita selama tetap mengarah ke tujuan kita.
 
Namun yang perlu menjadi catatan adalah adanya crevasse, atau rekahan yang tertutupi oleh salju-salju yang terus menerus turun. Seolah-olah menjadi musuh dalam selimut, karena kita akan sangat susah untuk mendeteksi keberadaannya.

hamparan padang salju

Selain tidak mengetahui lokasi pastinya, kita juga tidak tau seberapa lebar dan dalam rekahan tersebut. Menjadikan crevasse salah satu hantu yang mengintai di sepanjang perjalanan.

Tim AIDeX Wanala Unair saat mendaki di Gunung Denali 2017 memahami hal tersebut dan berkali-kali belajar mengantisipasinya. Salah satunya dengan metode moving together. Tiap personel saling terikat tali berjalan memanjang dan menjaga jarak aman. Dengan tujuan jika salah satu personel terperosok ke dalam crevasse, personel yang lain berfungsi sebagai anchor untuk menahan dan kemudian menyelamatkan dengan menarik ke atas, sehingga personel yang terperosok tidak sampai jatuh ke dasar jurang dan lebih mudah untuk naik lagi ke permukaan.

Selain itu juga perlu untuk mengamati medan dan mengecheck secara langsung dengan menancapkan semacam tongkat untuk mengetahui kedalaman salju yang akan dilewati, jika diperlukan. Cara lain yang lebih aman ialah dengan melewati "jalur" yang sudah ada. Jalur tersebut terbentuk dari bekas jejak kaki dan sledge pendaki sebelumnya. Selain relatif aman, juga mempermudah langkah kita karena jalur tersebut permukaannya lebih keras sehingga kita tidak perlu menerobos tebalnya salju.

jalur yang terbentuk setelah dilewati pendaki

Ya walaupun sudah mengantisipasi, tapi tetap saja kami sempat terjebak crevasse itu. Yang terperosok adalah pemandu kami, Kang Sofyan Arief Fesa. Saat perjalanan menuju Camp 1, tiba-tiba saja Kang Iyan hilang bagaikan hilang ditelan bumi. Hhhmmm, atau mungkin bisa dibilang ditelan bumi beneran :D. Tapi untungnya Kang Iyan tidak terperosok terlalu dalam karena Mas Yasak dengan sigap merebahkan badan untuk menjadi anchor, kemudian saya dan Mas Roby berusaha menarik Kang Iyan untuk naik.

Kang Iyan saat turun ke crevasse

Setelah berhasik naik, ternyata 1 trekking pole dan termos Kang Iyan jatuh tak terselamatkan. Hal itu membuat Kang Iyan berusaha untuk turun dengan cara rapelling. Setelah beberapa saat, Kang Iyan kembali naik. Namun trekking pole dan termosnya benar-benar tak terselamatkan :D. Katanya, jurang tersebut semakin mengecil dan tidak terlihat dasarnya.

Ya beruntungnya crevasse tersebut tidak sampai menimbulkan luka atau cedera apalagi hilang nyawa.
Itu crevasse yang cukup besar / dalam. Kalau crevasse dalam skala kecil bagaimana ? Ya risikonya tidak terlalu besar sih, tapi tetap saja bahaya dan bikin kesel. Seperti di perjalanan turun yang menyisakan saya dan Kang Iyan, karena Mas Roby dan Mas Yasak harus segera diterbangkan ke rumah sakit yang ada di kota. Di daerah Heart Break Hill, saat itu sudah menjelang akhir musim pendakian, salju semakin mencair menyebabkan banyak spot-spot crevasse kecil itu. Berkali-kali, tak terhitung sudah saya dan Kang Iyan terperosok. Mulai dari semata kaki sampai sepaha. 

Jelas itu juga menjadi hambatan dalam perjalanan. Kadang saat terprosok kami bisa langsung kembali jalan, namun tak jarang perjalanan harus terhenti sejenak.
Jadi, mendaki di padang salju tidak hanya asal berjalan sesuka hati ya kawan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DANAU TUNJUNG, ARGOPURO

PERLENGKAPAN MENDAKI GUNUNG

ARGOPURO 2018